8 Fakta Bandara Kertajati dan Pernyataan AHY: “In the Middle of Nowhere

8 Fakta Bandara Kertajati dan Pernyataan AHY: “In the Middle of Nowhere

Bandara Kertajati kembali menjadi sorotan publik setelah Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyebut kawasan Bandara Kertajati berada “in the middle of nowhere”.
Pernyataan ini muncul saat AHY melakukan kunjungan kerja ke kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati pada pertengahan Oktober 2025. Menurutnya, keberadaan bandara megah tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan perkembangan kawasan di sekitarnya.

AHY menyampaikan bahwa pemerintah perlu memastikan agar pembangunan infrastruktur besar seperti Bandara Kertajati memiliki dampak ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar. Ia menilai, tanpa ekosistem pendukung yang kuat, bandara berpotensi menjadi proyek besar yang belum optimal dimanfaatkan.


1. Bandara Kertajati: Proyek Strategis Nasional dengan Harapan Besar
Akhir 2022, Bandara Kertajati Disebut Akan Layani Delapan Penerbangan

Sejak diresmikan pada tahun 2018, Bandara Kertajati dirancang sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang diharapkan menjadi penghubung utama penerbangan domestik dan internasional di wilayah Jawa Barat. Lokasinya berada di Kabupaten Majalengka, sekitar 68 kilometer dari Kota Bandung dan 170 kilometer dari Jakarta.

Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan terminal penumpang seluas 96.000 meter persegi. Dengan kapasitas hingga 5 juta penumpang per tahun, Bandara Kertajati diharapkan dapat menjadi pintu gerbang ekonomi baru di Jawa Barat bagian timur.

Namun, sejak awal beroperasi, bandara ini menghadapi tantangan besar dalam hal okupansi penerbangan dan konektivitas transportasi. Banyak maskapai yang sempat menghentikan rute ke Kertajati karena rendahnya jumlah penumpang, terutama setelah pandemi COVID-19.


2. AHY Kritik Kesiapan Kawasan Sekitar Bandara Kertajati

Dalam kunjungannya, AHY menyoroti minimnya aktivitas ekonomi di sekitar Bandara Kertajati. Ia menggambarkan kawasan tersebut masih didominasi oleh lahan kosong, perumahan yang belum padat, dan akses jalan yang relatif sepi.

Menurutnya, potensi Bandara Kertajati tidak akan maksimal tanpa adanya kawasan industri, logistik, perhotelan, dan pemukiman pendukung di sekitarnya. AHY menegaskan pentingnya percepatan pembangunan kawasan ekonomi terpadu agar bandara tidak benar-benar “berada di tengah-tengah kehampaan”.

“Saya melihat kawasan Bandara Kertajati ini masih seperti berada di tengah-tengah kosong—in the middle of nowhere. Infrastruktur sudah luar biasa, tapi kita butuh ekosistem ekonomi yang hidup di sekitarnya,” ujar AHY.


3. Reaksi Pemerintah Daerah dan Pengelola Bandara Kertajati
AHY Jelaskan Maksud Ucapan Bandara Kertajati In the Middle of Nowhere

Pernyataan AHY menuai beragam tanggapan dari pemerintah daerah Jawa Barat. Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menegaskan bahwa pemerintah daerah bersama pemerintah pusat sedang mempercepat pengembangan kawasan Rebana Metropolitan, di mana Bandara Kertajati menjadi pusat utamanya.

Ia menyebut kawasan sekitar bandara sudah mulai dilirik oleh investor industri otomotif, logistik, dan manufaktur ringan. Selain itu, proyek Tol Cisumdawu yang sudah beroperasi penuh sejak 2023 juga mempercepat akses ke bandara dari Bandung dan sekitarnya.

Sementara itu, pihak pengelola PT BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) menegaskan bahwa jumlah penumpang dan penerbangan di Bandara Kertajati terus meningkat dalam dua tahun terakhir. Pada 2025, tercatat rata-rata 3.000 penumpang per hari, meningkat signifikan dibanding tahun 2022 yang hanya sekitar 800 penumpang per hari.


4. Upaya Pemerintah Menjadikan Bandara Kertajati Sebagai Pusat Ekonomi Baru

Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan dan Kementerian ATR/BPN telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk menjadikan kawasan Bandara Kertajati sebagai magnet investasi.
Langkah tersebut meliputi:

  1. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kertajati Aerocity.
    Area seluas lebih dari 3.200 hektare disiapkan untuk menjadi kawasan terpadu yang mencakup industri, logistik, pergudangan, hingga kawasan residensial.

  2. Kemudahan Perizinan Investasi.
    Pemerintah memberikan fasilitas perizinan cepat bagi investor yang ingin membangun bisnis di sekitar Bandara Kertajati.

  3. Konektivitas Terpadu.
    Pengembangan jalur kereta cepat Bandung–Kertajati sedang dalam tahap kajian, yang diharapkan mempercepat akses ke bandara hanya dalam waktu kurang dari 45 menit.

  4. Kolaborasi dengan Swasta dan BUMN.
    Pemerintah membuka peluang kerja sama dengan BUMN seperti Angkasa Pura II dan swasta nasional untuk mengelola kawasan Aerocity.


Baca juga : Infrastruktur Butuh Rp10,7 Kuadriliun, Tantangan Besar Menuju Indonesia Emas 2045


5. Bandara Kertajati dan Harapan Masyarakat Majalengka

Masyarakat di sekitar Bandara Kertajati berharap kehadiran bandara tidak hanya menjadi infrastruktur mewah, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi ekonomi lokal. Sejumlah warga mengungkapkan harapannya agar kawasan sekitar bisa tumbuh menjadi pusat bisnis dan lapangan kerja baru.

Menurut warga Desa Kertajati, sebelum bandara dibangun, sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Kini mereka berharap sektor jasa, transportasi, dan perdagangan bisa ikut berkembang.

Sementara itu, para pelaku UMKM juga melihat peluang baru dari meningkatnya mobilitas penumpang dan pekerja bandara. Pemerintah daerah sendiri telah menyediakan program pelatihan kewirausahaan agar masyarakat lokal bisa beradaptasi dengan perubahan ekonomi kawasan.

6. Bandara Kertajati dan Potensi Wisata Jawa Barat Timur

Menelusuri Lokasi "In The Middle of Nowhere" Bandara Kertajati

Selain aspek ekonomi, Bandara Kertajati juga diharapkan dapat menjadi pintu masuk wisatawan ke wilayah timur Jawa Barat, seperti Cirebon, Kuningan, dan Majalengka. Potensi wisata alam seperti Curug Cipeuteuy, Panyaweuyan, hingga Gunung Ciremai dapat menjadi daya tarik tambahan bagi pelancong domestik maupun mancanegara.

Pemerintah Kabupaten Majalengka bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Jawa Barat untuk mengembangkan paket wisata “Explore Rebana” yang terintegrasi dengan penerbangan melalui Bandara.

7. Tantangan Nyata: Akses, Investasi, dan Persepsi Publik

Meski optimisme tinggi, tantangan besar masih menghantui Bandara. Salah satu yang paling krusial adalah persepsi publik yang masih menganggap lokasi bandara terlalu jauh dan tidak praktis. Masyarakat Bandung misalnya, masih lebih memilih terbang melalui Bandara Soekarno-Hatta karena akses transportasi yang lebih cepat dan banyak pilihan penerbangan.

Selain itu, sebagian investor masih menunggu kejelasan insentif serta kesiapan infrastruktur dasar seperti air, listrik, dan telekomunikasi di kawasan Aerocity.
Kritik AHY mengenai “in the middle of nowhere” pun dianggap menjadi cambuk agar pemerintah lebih serius menyiapkan kawasan sekitar.

8. Proyeksi dan Rencana Jangka Panjang Bandara Kertajati

Kementerian Perhubungan menargetkan bahwa pada tahun 2030, Bandara akan menjadi salah satu hub logistik dan penerbangan utama di Pulau Jawa bagian barat.
Dengan potensi 10 juta penumpang per tahun, bandara ini diproyeksikan dapat mengurangi beban lalu lintas udara di Jakarta.

Pemerintah juga menyiapkan skema kemitraan strategis dengan perusahaan internasional untuk pengelolaan kargo udara, serta menjadikan Kertajati sebagai pusat distribusi e-commerce nasional.

Kesimpulan:

Pernyataan AHY tentang kawasan Bandara Kertajati sebagai “in the middle of nowhere” menjadi cermin bahwa pembangunan infrastruktur besar belum cukup tanpa pengembangan ekosistem ekonomi di sekitarnya. Namun, di balik kritik itu tersimpan peluang besar untuk membangun kawasan yang benar-benar hidup dan produktif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *