Properti anjlok 10 persen menjadi salah satu isu terbesar di sektor ekonomi pada tahun 2025. Tekanan terhadap pasar residensial dan komersial semakin terlihat sejak kuartal pertama, membuat banyak pengembang kesulitan menjaga stabilitas penjualan. Namun di tengah perlambatan ini, segmen pergudangan dan pabrik justru menunjukkan ketangguhan dan pertumbuhan yang lebih stabil dibanding sektor lain. Fenomena ini memunculkan dinamika baru tentang bagaimana arah industri properti bergerak di tengah gejolak ekonomi regional maupun global.
Penurunan harga properti anjlok 10 persen yang mencapai rata-rata memicu kekhawatiran pelaku pasar. Para pengembang, agen properti, hingga investor ritel ikut memantau pergerakan pasar yang semakin tidak menentu akibat tekanan ekonomi. Dari sisi konsumen, pelemahan daya beli menjadi alasan utama penyebab penurunan minat pembelian rumah baru. Namun, di saat sektor residensial dan perkantoran mengalami penurunan permintaan, gudang dan pabrik justru bergerak sebaliknya.
Arah industri properti kini berubah. Perubahan gaya konsumsi masyarakat, pertumbuhan e-commerce yang terus meningkat, hingga kebutuhan rantai pasok yang lebih efisien mendorong permintaan terhadap fasilitas logistik modern. Kondisi tersebut menjadikan gudang dan pabrik sebagai sektor yang mampu menahan guncangan akibat properti anjlok 10 persen di 2025..
Penyebab Properti Anjlok 10 Persen di Tahun 2025
1. Daya Beli Masyarakat Menurun
Penurunan daya beli menjadi faktor paling dominan yang mendorong properti anjlok 10 persen sepanjang 2025. Kenaikan biaya hidup, inflasi, dan bunga KPR yang masih relatif tinggi membuat banyak calon pembeli menunda keputusan investasi residensial.
2. Kelebihan Pasokan Properti Residensial
Selama tiga tahun terakhir, terlalu banyak proyek baru diluncurkan tanpa disertai pertumbuhan permintaan yang memadai. Akibatnya, banyak unit menumpuk, menyebabkan harga jual terpaksa diturunkan oleh pengembang.
3. Pergeseran Gaya Hidup dan Mobilitas
Masyarakat kini lebih fokus pada mobilitas fleksibel dibanding kepemilikan rumah. Pilihan tinggal dengan sistem sewa jangka panjang semakin diminati generasi muda sehingga mempengaruhi penjualan rumah tapak maupun apartemen.
4. Ketidakpastian Ekonomi Global
Tekanan global seperti perlambatan ekonomi regional, harga komoditas yang fluktuatif, serta ketidakpastian investasi turut menahan minat investor untuk membeli sekuritas properti.
Gudang dan Pabrik Jadi Penopang Utama: Kenaikan Permintaan 2025

Di saat sektor lain terguncang, fasilitas industri justru menunjukkan performa kokoh. Ada beberapa alasan mengapa gudang dan pabrik menjadi tumpuan ketika properti anjlok 10 persen.
1. Pertumbuhan E-commerce yang Masih Agresif
Indonesia terus mengalami peningkatan transaksi e-commerce, bahkan melampaui proyeksi beberapa lembaga riset. Aktivitas belanja online membuat perusahaan membutuhkan ruang penyimpanan lebih besar, mulai dari gudang last-mile hingga fulfillment center.
2. Kebutuhan Distribusi Nasional Meningkat
Pemerataan infrastruktur logistik mendorong perusahaan memperluas jaringan distribusi ke wilayah baru. Hal ini memicu lonjakan permintaan gudang di luar Jabodetabek seperti Jawa Tengah, Sumatera, dan Kalimantan.
3. Ekspansi Industri Manufaktur
Beberapa sektor manufaktur seperti elektronik, makanan dan minuman, hingga otomotif mencatatkan pertumbuhan signifikan pada awal 2025. Pabrik baru pun mulai dibangun, terutama yang berorientasi ekspor.
4. Pergudangan Modern Lebih Stabil terhadap Fluktuasi
Berbeda dengan sektor residensial, fasilitas pergudangan tidak terlalu dipengaruhi kondisi pasar konsumen. Permintaannya lebih stabil karena terhubung dengan rantai pasok perusahaan besar.
Dampak Properti Anjlok 10 Persen terhadap Pengembang
1. Penundaan Proyek Baru
Banyak pengembang memilih menunda peluncuran proyek residensial karena khawatir unit tidak terserap pasar.
2. Fokus ke Segmen Industri
Untuk menjaga arus kas, beberapa perusahaan beralih membangun kawasan industri terpadu. Investasi ke gudang dan pabrik dianggap lebih aman karena permintaan berasal dari perusahaan skala besar.
3. Penawaran Promo Besar-besaran
Diskon DP, cicilan panjang, hingga bonus interior menjadi strategi untuk menggerakkan penjualan unit yang stagnan.
4. Perubahan Strategi Penjualan Digital
Agar tetap bertahan di tengah properti anjlok 10 persen, pengembang memperbaiki pemasaran digital, termasuk virtual tour, live selling, dan sistem pemesanan online.
Bagaimana Kondisi Properti Komersial di 2025?

Selain residensial, sektor komersial seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan juga terdampak.
Perkantoran
-
Banyak perusahaan memilih sistem hybrid sehingga ruang kantor semakin kosong.
-
Tingkat okupansi menurun terutama di pusat kota.
Ritel
-
Mall kelas premium masih bertahan, tetapi pusat perbelanjaan lama mulai kehilangan penyewa.
-
Tenant offline bergeser ke strategi omnichannel.
Baca juga : Jalan Lingkar Utara Flores Dapat Alokasi Rp150 Miliar, Pemerintah Targetkan Akselerasi Infrastruktur 2025
Prediksi 2026–2027: Apakah Harga Akan Pulih?

Analis memperkirakan pemulihan pasar properti membutuhkan waktu minimal 12–18 bulan, tergantung stabilitas ekonomi. Namun permintaan fasilitas industri diprediksi terus meningkat.
1. Pemulihan Residensial Bertahap
Jika suku bunga turun, minat pembelian rumah kemungkinan mulai naik kembali pada akhir 2026.
2. Kawasan Industri Jadi Magnet Investor
Dengan dorongan hilirisasi dan pertumbuhan e-commerce, sektor ini diperkirakan tetap memimpin pasar.
3. Smart Warehouse Akan Diminati
Permintaan gudang otomatis dengan sistem robotik dan IoT akan meningkat signifikan.
4. Perubahan Arah Investasi Properti
Investor kecil yang sebelumnya fokus pada apartemen kini beralih ke gudang kecil (micro warehouse) untuk disewakan ke UMKM.
Strategi Menghadapi Tren Properti Anjlok 10 Persen
Agar tetap relevan dalam situasi pasar melemah, berikut strategi yang dapat diterapkan pelaku industri:
1. Pengembang
-
Perketat riset pasar sebelum meluncurkan proyek.
-
Memperbaiki efisiensi konstruksi untuk menekan biaya.
-
Berkolaborasi dengan e-commerce dan perusahaan logistik.
2. Investor
-
Alihkan portofolio ke sektor gudang, pabrik, atau lahan industri.
-
Hindari pembelian unit apartemen di wilayah dengan pasokan berlebih.
-
Uji kelayakan cashflow sebelum membeli properti baru.
3. Konsumen
-
Manfaatkan harga turun untuk membeli rumah di lokasi strategis.
-
Selalu bandingkan bunga KPR dari berbagai bank.
-
Prioritaskan rumah yang sudah siap huni untuk menghindari risiko.
Kesimpulan: Gudang dan Pabrik Menjadi Penyelamat Pasar Properti
Fenomena properti anjlok 10 persen pada 2025 menandai perubahan besar dalam industri properti Indonesia. Sektor residensial dan komersial tertekan cukup dalam, namun keberadaan gudang dan pabrik berhasil menjaga stabilitas pasar. Tekanan ekonomi membuat pola investasi dan pembangunan bergeser ke arah industri logistik dan manufaktur.
Meski tantangan masih besar, peluang tetap terbuka bagi pengembang dan investor yang mampu beradaptasi dengan cepat. Dengan strategi tepat, pasar properti berpotensi kembali pulih dalam beberapa tahun mendatang.
