Titiek Soeharto Kenang Bu Tien di Kebaya Bercerita
Jakarta – Dalam suasana penuh nostalgia, Titiek Soeharto kenang Bu Tien saat menghadiri acara Kebaya Bercerita 2025. Acara yang digelar untuk merayakan kebaya sebagai warisan budaya perempuan Indonesia itu menjadi momentum penting bagi Titiek untuk menceritakan kembali sosok sang ibunda, almarhumah Siti Hartinah Soeharto atau lebih dikenal sebagai Ibu Tien.
Titiek Soeharto mengungkapkan bahwa Bu Tien adalah sosok perempuan Jawa yang sederhana, penuh wibawa, dan selalu anggun ketika mengenakan kebaya. Bagi Bu Tien, kebaya bukan hanya sekadar busana, tetapi simbol jati diri bangsa Indonesia yang harus dijaga keberadaannya.
“Setiap kali mengenakan kebaya, Ibu selalu terlihat percaya diri. Beliau ingin menunjukkan bahwa kebaya adalah identitas perempuan Indonesia yang tidak boleh hilang ditelan zaman,” ungkap Titiek Soeharto.
Sosok Ibu Tien Soeharto yang Sederhana dan Anggun
Dalam kenangannya, Titiek Soeharto kenang Bu Tien sebagai sosok ibu yang penuh kelembutan, tetapi tetap tegas dalam mendidik anak-anaknya. Bu Tien dikenal sebagai sosok yang selalu mengutamakan kesederhanaan, meski hidup berdampingan dengan kekuasaan selama puluhan tahun sebagai istri Presiden kedua RI, Soeharto.
“Bu Tien tidak pernah berlebihan. Beliau selalu memilih kebaya dengan potongan sederhana, tanpa banyak ornamen mewah. Tetapi justru dari kesederhanaan itu, pancaran wibawanya terlihat begitu kuat,” ujar Titiek.
Bagi keluarga besar Cendana, kebaya memiliki makna khusus. Bu Tien kerap menekankan pentingnya menjaga budaya Jawa dan Nusantara, termasuk melalui kebaya yang selalu dikenakannya di berbagai kesempatan resmi maupun pribadi.
Kebaya sebagai Identitas Perempuan Indonesia
Acara Kebaya Bercerita 2025 menampilkan beragam koleksi kebaya dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam kesempatan itu, Titiek Soeharto kenang Bu Tien dengan menegaskan bahwa kebaya tidak boleh hanya dipandang sebagai pakaian adat, melainkan simbol persatuan dan identitas bangsa.
“Ketika Ibu memakai kebaya, beliau tidak hanya mewakili diri pribadi atau keluarga. Beliau ingin menunjukkan kebanggaan sebagai perempuan Indonesia yang memiliki budaya luhur,” kata Titiek.
Kebaya bagi Bu Tien adalah bentuk penghormatan pada akar budaya Nusantara. Ia percaya bahwa perempuan Indonesia bisa tampil modern tanpa harus meninggalkan akar tradisinya.
Pesan Titiek Soeharto untuk Generasi Muda
Dalam sambutannya, Titiek Soeharto kenang Bu Tien dengan memberikan pesan khusus kepada generasi muda agar tidak melupakan kebaya. Ia menegaskan bahwa di tengah arus globalisasi, generasi milenial dan Gen Z perlu bangga mengenakan busana tradisional Indonesia.
“Saya berharap generasi muda tidak merasa kuno atau ketinggalan zaman ketika memakai kebaya. Justru dengan kebaya, kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki warisan budaya yang indah,” ujar Titiek.
Menurutnya, cara paling sederhana untuk menjaga kebaya adalah dengan memakainya dalam berbagai acara, baik formal maupun nonformal. Ia juga mendorong para desainer muda untuk terus berinovasi agar kebaya bisa diterima di kalangan anak muda.
Kebaya dan Warisan Budaya Nusantara
Acara Kebaya Bercerita tidak hanya menghadirkan peragaan busana, tetapi juga diskusi budaya tentang kebaya sebagai warisan tak benda. Dalam kesempatan itu, Titiek Soeharto kenang Bu Tien dengan mengingatkan bahwa kebaya layak diajukan sebagai warisan dunia ke UNESCO.
“Kebaya bukan sekadar pakaian, tapi warisan sejarah. Ibu Tien selalu menekankan bahwa kita harus bangga dengan kebaya, karena inilah jati diri bangsa Indonesia,” ujar Titiek.
Para budayawan yang hadir juga menilai kebaya memiliki filosofi mendalam. Potongan kebaya yang sederhana namun anggun melambangkan kelembutan perempuan, sementara kain batik atau songket yang digunakan mencerminkan keragaman budaya Indonesia.
Perjalanan Hidup Bu Tien Mendampingi Soeharto
Kenangan tentang Bu Tien tak lepas dari perjalanan panjangnya mendampingi Soeharto sebagai Presiden kedua RI. Dalam banyak momen kenegaraan, Bu Tien selalu tampil dengan kebaya, baik dalam acara nasional maupun saat mendampingi suaminya dalam pertemuan internasional.
Titiek Soeharto kenang Bu Tien sebagai figur yang mampu menyeimbangkan peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus ibu negara. Meski memiliki posisi penting, Bu Tien tetap dikenal rendah hati dan dekat dengan masyarakat.
“Ibu selalu bilang, jangan pernah melupakan asal-usul. Walaupun hidup berdampingan dengan banyak pemimpin dunia, beliau tetap menjaga keindonesiaannya dengan kebaya,” kenang Titiek.
Mengapa Kebaya Layak Jadi Warisan Dunia
Dalam forum budaya itu, Titiek Soeharto kenang Bu Tien sambil menegaskan bahwa kebaya sangat layak diajukan sebagai warisan budaya dunia UNESCO. Alasannya, kebaya bukan hanya milik Jawa atau daerah tertentu, tetapi sudah menjadi bagian dari identitas perempuan Nusantara dari Sabang sampai Merauke.
Baca juga : Demam Padel 2025: Antara FOMO dan Gaya Hidup Sehat yang Makin Populer
Pengakuan internasional terhadap kebaya, menurut Titiek, akan semakin memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. “Kita tidak boleh kalah dengan negara lain yang berhasil menjadikan busana tradisionalnya sebagai warisan dunia. Kebaya adalah milik kita semua,” tegasnya.
Antusiasme Masyarakat dalam Acara Kebaya Bercerita
Acara Kebaya Bercerita mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ratusan perempuan dari berbagai kalangan hadir mengenakan kebaya dengan beragam gaya. Dari pelajar, komunitas, hingga tokoh publik turut serta memeriahkan acara.
Dalam momen itu, Titiek Soeharto kenang Bu Tien dengan penuh haru ketika melihat banyak anak muda mengenakan kebaya dengan bangga. Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa kebaya masih relevan hingga kini.
“Melihat anak-anak muda hadir dengan kebaya, saya yakin pesan Ibu Tien untuk melestarikan kebaya akan terus hidup,” ungkap Titiek.
Refleksi Titiek Soeharto atas Sosok Sang Ibu
Lebih dari sekadar busana, kebaya mengingatkan Titiek pada nilai-nilai yang diwariskan oleh Bu Tien. Dalam refleksinya, Titiek Soeharto kenang Bu Tien sebagai sosok yang mengajarkan arti kesederhanaan, keteguhan, dan kecintaan terhadap budaya bangsa.
“Ibu selalu mengatakan bahwa perempuan Indonesia itu cantik dengan kebayanya. Tidak perlu mengikuti tren luar negeri secara berlebihan. Yang terpenting adalah menjaga jati diri bangsa,” tuturnya.
Pesan ini, menurut Titiek, harus terus disampaikan agar kebaya tidak hanya bertahan sebagai pakaian tradisional, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Penutup: Kebaya, Bu Tien, dan Jejak Sejarah Indonesia
Acara Kebaya Bercerita 2025 menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk kembali menghargai warisan budaya. Melalui kisah Titiek Soeharto kenang Bu Tien, generasi muda diingatkan bahwa kebaya bukan sekadar pakaian, melainkan simbol identitas bangsa yang sarat makna.
Sosok Bu Tien Soeharto yang sederhana dan bersahaja telah memberikan teladan bagaimana perempuan Indonesia dapat tampil anggun dengan kebaya tanpa kehilangan jati dirinya. Kini, pesan itu diteruskan oleh Titiek dan masyarakat luas yang terus memperjuangkan agar kebaya tetap lestari.
Dengan semangat kebersamaan, diharapkan kebaya dapat terus hidup dan suatu hari nanti mendapat pengakuan resmi sebagai warisan dunia. Sebab, seperti yang selalu ditekankan Bu Tien, kebaya adalah bagian dari jiwa bangsa Indonesia.